Oleh: Cahya Rudiana
PENDAHULUAN
Intervensi pembedahan untuk kelainan-kelainan pada arkus aorta meliputi pergantian pada sebagian atau keseluruhan dari arkus aorta dengan reimplantasi pada pembuluh darah besar pada arkus aorta. Prosedur ini akan melibatkan perubahan pada aliran darah ke otak yang bersifat temporer. Pasien-pasien yang menjalani periode ini memiliki peningkatan resiko terhadap kelainan neurologis, dan strategis proteksi serebral harus diimplementasikan untuk mendapatkan hasil yang baik. Strategi yang optimal untuk tatalaksana sirkulasi selama pembedahan arkus aorta masih menjadi kontroversi. Rekontruksi arkus aorta secara historis memiliki angka morbiditas dan mortalitas yang bermakna berkaitan dengan kerusakan organ yang bersifat global selama periode hentinya adanya aliran darah (circulatory arrest). Seiring dengan teknik pembedahan yang harus mengalami kemajuan, angka kelangsungan hidup yang terus meningkat, namun disfungsi neurologis selama periode iskemik serebral masih menjadi keprihatinan yang bermakna.1
Profoundhypothermia adalah metode awal proteksi serbral yang digunakan selama periode circulatory arrest. Keberhasilan pertama dari rangkaian rekontruksi arkus aorta menggunakan deep hypothermic circulatory arrest (DHCA) dengan suhu tubuh 18oC telah dilaporkan pada tahun 1975. Upaya lebih lanjut dalam proteksi serebral menyebabkan perkembangan teknik antegrade cerebral perfusion (ACP) dan retrograde cerebral perfusion (RCP). Kedua teknik ini memberikan aliran darah ke cerebral secara terus menerus dan digunakan dalam penggunaan ACP dan RCP sampai saat ini masih menjadi hal yang kontroversial.