Lucky or Safety : Bagian 2

Ns. Dwi Sigit Shiamtafa, S.Kep.

Mari kita evaluasi faktor keselamatan pasien dalam tatalaksana CPB kita secara umum. Dimana komponen keselamatan pasien dalam CPB bukan hanya terfokus dalam ketika menjalankan CPB selama operasi. Tapi ini bisa dimulai ketika pengkajian pre-operasi ataupun ketika perencanaan antisipasi perfusionis dan team dalam menghadapi operasi yang akan dijalankan. Dalam pengkajian dan perencanaan tindakan ini akan dipermudah jika perfusionist terlibat aktif dalam sign in dan time out di Surgical safety checklist, mempunyai kelengkapan data pengkajian pada perfusion recordnya, serta re-checkingpada prebypass checklist-nya hendaknya diterapkan dengan seksama. Karena pada momen inilah kesiapan semua team dipertanggungjawabkan dan dipertanggunggugatkan dihadapan semua kru secara bersama-sama. Jadi jika terjadi kekurangan atau hal-hal penting yang perlu diantisipasi bisa disampaikan diawal operasi. Sebagai contoh kesiapan mesin HLM serta heater cooler dalam kondisi baik dan terkalibrasi serta mempunyai backupnya, kesiapan kanula-kanula khusus seperti kanula femoral ataupun kesiapan obat-obatan yang akan dipakai bahkan teknik operasi yang akan dipakai nantinya.

Pemantauan indikator keselamatan ini akan dilanjutkan kontinue secara mandiri dan kolaborasi didalam tatalaksana bypass. Pesatnya kemajuan teknologi sirkulasi artifisial ekstrakorporeal, ini sejalan dengan bertambahnya kuantitas ataupun kompleksitas berbagai alat pemantau keamanan dan indikator penunjang berjalannya CPB yang aman. Bahkan secara analogi, dikarenakan banyaknya panel kontrol dan alat monitor tersebut, perfusionist seperti pilot pesawat yang berada diruang kokpit dengan segala indikatornya.

Gambar 1. Skema Standart Minimal Alat Pengaman CPB (OK Pediatrik Harapan Kita)

Oleh karena itu perfusionis harus mau dan mampu mengoperasikan dan memanagemen semua panel atau monitor tersebut demi keamanan semuanya. Dimulai dengan sistem digital CPB yang sudah bisa saling terintegrasi dan terkoneksi dengan panel satu dengan yang lainnya. Sebagai contoh sistem tekanan sirkuit, level darah pada reservoar, penditeksi udara yang bisa memberikan respon otomatis kepada arterial pump/main pump berhenti jika diperlukan. Segala kemudahan dari sistem digital mesin terbaru ini haruslah pula di back up dengan sistem analog atau manual perfusi antara lain pencatatan manual secara paripurna. Adapun skema dari panel safety bisa dilihat dari basic, ideal, dan advance.

Dilain sisi pula, perfusionist harus mampu mengkomunikasikan segala kejadian yang mungkin terjadi diluar kewajaran ke team lain sehingga bisa sama-sama ditanggulangi. Sebagai gambaran jika kita mengalami gangguan keadekuatan drainase darah dari sistem vena apakah ada permasalahan dari kanulasi? Tekanan arteri pasien ketika inisiasi bypass melonjak tajam apakah ada obat anestesi yang perlu ditambahkan? atau ketika weaning CPB apakah ventilator dalam kondisi beroperasi optimal? Inilah salah satu gambaran kedinamisan dalam tatalaksana CPB yang perlu dibangun dimana tujuan utamanya adalah keselamatan pasien.

Gambar 2. Skema Ideal Alat Pengaman CPB (OK Pediatrik Harapan Kita)

Gambar 3. Skema Advance Alat Pengaman CPB (OK Pediatrik Harapan Kita)

Kualitas keselamatan pasien dalam tatalaksana CPB tersebut semakin meningkat pesat jika ditunjang dengan adanya kolaborasi tataklaksana standar ataupun konsensus yang disepakati bersama dianggota team. Selain itu juga adanya penelitian, pelatihan ataupun simulasi ketrampilan yang berkelanjutan dalam bentuk konsep berdasarkan pengalaman individu atau survei data, kemudian ditinjau dan dikritik oleh anggota masyarakat, dan akhirnya bisa diterbitkan sebagai dokumen konsensus yang lebih ter-up to date.

Singkatnya, adanya rasionalitas dari sistem keamanan dan penggunaan alat-alat seperti dijelaskan di atas adalah untuk membuat tatalaksana CPB menjadi aman. Tindakan pengamanan tersebut telah dilaporkan dapat menurunkan tingkat komplikasi CPB dalam kebanyakan kasus. Selain itu juga salah satu prinsip yang sering diajarkan didunia kesehatan adalah untuk memperlakukan semua pasien seolah-olah mereka adalah saudara kita. Sehingga pola pikir tersebut dan ditambah dengan budaya safety, di mana semua anggota tim merasa dihormati dan dipercaya untuk melaporkan pengamatan selama CPB tanpa takut dikritik.  Hal ini akan berkontribusi juga dalam meningkatkan kualitas keselamatan sekarang ini.

 

Selamat Mencoba !!!

 

 Referensi :

Chad Lawson, Megan Predella, Allison Rowden, et all, 2017, Assessing the culture of safety in cardiovascular perfusion: attitudes and perceptions, Perfusion, (32)7: 583-590

Glenn P gravlee. Richard F Davis. Joe R Utley, 2010, Cardiopulmonary bypass: Principles and Practice, USA: Lippincot williams & Wilkins

Glenn P Gravlee et all, 2016, Cardiopulmonary bypass and mechanical support : principles & practice Fourth edition, Philadelphia : Wolters Kluwer

Gregory S. Matte, 2015, Perfusion for Congenital Heart Surgery: Notes on Cardiopulmonary Bypass for a Complex Patient Population 1st Edition, Canada: John Wiley & Son Inc.

JW Mulholland, 2005, The Great Britain and Ireland perspective: current perfusion safety issues, preparing for the future, Perfusion, (20)4: 217-225

Sunit GhoshFlorian FalterAlbert C. Perrino Jr, 2015, Cardiopulmonary Bypass 2nd Edition,United kingdom: Cambridge University Press

 

Perawat Perfusionis Bedah Jantung pediatrik RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comingsoon !!

Konten masih dalam tahap development, fitur akan segera tersedia dalam waktu dekat